Senin, 14 Mei 2012

Ini Maut...


Menunggu selalu menjadi hal yang dibenci banyak orang, membosankan itulah rasanya. Begitu pula aku, menunggu suami yang sedang ngobrol dengan temannya adalah sesuatu yang ‘HHHrrrrrrrrgggghhhhh!!!!!’. Mending kalo kita juga punya teman untuk bicara. Tapi ketika mereka asyik bicara tentang pekerjaan yang tidak banyak kita tahu dan kita hanya menjadi pendengar dua penyiar radio tanpa lagu itu adalah hal membuat saya ingin segera pulang.


Hari sudah menunjukkan jam 10 malam, saat aku dan suamiku selesai makan di warung kremesan langganan kami. Sebenarnya masih pengen jalan-jalan dengan suami, karena seharian dia bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam, yang berarti waktu ketemunya hanya mau tidur dan bangun pagi :`( 

Kebetulan waktu itu aku sedang kehabisan pulsa, dan berencana beli pulsa dekat kos. Dan bertemulah aku dengan sebuah konter pulsa yang kebetulan lagi bersebelahan dengan warung mie bakso milik teman suamiku. Aku turun dari motor dan beli pulsa, kalau tidak salah lihat tadi suamiku masih menunggu di atas motor  lha kok sekarang hilang ? pikirku. Eh ternyata, dia masuk ke warung mie bakso yang sudah ‘kukut’ tapi pintu belum ditutup, karena beberapa karyawan masih ngobrol di luar.

Aku menyusul saja ke dalam, menyapa temannya lalu nyemil sisa bakso yang belum habis terjual. Semula kupikir obrolan itu tak akan berlangsung lama, karena sudah malam dan aku yakin suamiku pasti capek…Lhadalah kingkong! kok malah jadi lama itu diskusi mereka.  “Ayo, pulang…” bujukku, tapi suamiku cuma pringas-pringis dan sialnya lagi malah minta dibikinin es jeruk…Dasar suami tidak berguna…hahahahaha… Lama-lama aku jadi pasrah, nunggu mereka ngobrol sambil makan bakso dan nonton TV. Tetapi hatiku yang paling dalam akhirnya berontak, jika tak segera pulang keadaan akan jadi gawat. Berat badanku akan nambah beberapa kilo gara-gara bulatan bakso yang aku punguti dari plastik hitam besar (Maafkan aku, Cak! Aku khilaf…)

Kubujuk lagi itu dia pria kurus berkulit kuning berhidung besar yang sangat amat kucintai, “Ayo pulang…” kataku sambil membelai telinganya. Dia hanya tersenyum, rayuanku tak berhasil. Kuulangi lagi “Ayo pulang” dengan nada setengah merengek. Lagi-lagi dia cuma senyum… Akhirnya kudekatkan hidungku ke telinganya dan berbisik “ Ayo pulang…bikin anak!!!” sontak dia tertawa dan dengan sopan menyudahi obrolan dengan temannya yang juga kukenal baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar